Senin, 28 Februari 2011

Enterobacter sakazakii

Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.

Pada tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae .

Habitat dan Sumber Penyebaran

Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan(pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.

Bahaya Kesehatan

Laporan mengenai infeksi E. sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus(HIV)

Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata

Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi

sumber : http://id.wikipedia.org

Susu Formula Berbakteri versi MetroTV

SALAH satu hal yang harus kita bisa lakukan adalah menjadikan bangsa ini sebagai masyarakat berpengetahuan. Dengan itulah maka bangsa ini akan mempunyai wawasan yang luas dan tidak terjebak dalam persoalan yang sekadar menimbulkan ingar-bingar.

Beberapa hari belakangan ini kita diramaikan oleh perdebatan berkaitan susu formula yang mengandung bakteri. Apalagi ketika Mahkamah Agung memutuskan untuk mengumumkan susu formula yang ada di pasaran, yang diduga tercemar Enterobacter sakazakii. Dengan alasan untuk kepentingan publik, maka para peneliti Institut Pertanian Bogor dan juga Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan diharuskan mengumumkan secara terbuka nama susu formula yang didapati tercemar bakteri.
Kita tidak bermaksud untuk tidak menaati keputusan MA yang berkekuatan hukum tetap. Namun apa yang sedang terjadi sekarang ini tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dan kebebasan yang dimiliki oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian bagi kebaikan kehidupan manusia.
Mengapa kita sampai mengatakan seperti itu? Peneliti IPB yang melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya Enterobacter sakazakii di dalam susu formula, bukan sedang melakukan pemeriksaan terhadap susu formula yang beredar di pasaran. Peneliti itu sedang mencoba menemukan ada atau tidak bakteri sakazakii di dalam susu formula.
Dari 22 sampel yang diambil, ditemukan adanya bakteri sakazakii pada lima sampel. Langkah selanjutnya adalah mencoba mengetahui bahaya dari keberadaan bakteri sakazakii tersebut di dalam susu formula. Untuk itulah lalu dilakukan percobaan kepada mencit atau anak tikus putih.
Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2003-2006 itu kemudian dibawakan dalam forum ilmiah dengan diberi judul "Potensi kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari Makanan Bayi dan Susu Formula". Penelitian ini dipublikasikan melalui website IPB pada tanggal 17 Februari 2008.
Di kalangan para peneliti, hasil penelitian seperti ini merupakan sesuatu yang biasa. Bahkan dari debat ilmiah bisa dikembangkan lebih lanjut bagaimana misalnya mengendalikan bakteri tersebut agar tidak membahayakan kesehatan manusia. Atau kalau memang dianggap sangat membahayakan kesehatan masyarakat bisa dimasukkan sebagai usulan kepada BPOM maupun Kementerian Kesehatan untuk misalnya melakukan penelitian lebih lanjut dan bahkan mungkin melarang susu formula yang mengandung Enterobacter sakazakii untuk beredar di pasaran.
Hasil penelitian yang seharusnya didekati dari kacamata ilmiah menjadi persoalan ketika dibawa menjadi bahasan awam di ranah publik. Apalagi kemudian tidak ditempatkan konteks yang tepat bahwa yang sedang dilakukan bukanlah pemeriksaan terhadap semua produk susu formula yang ada di pasaran, tetapi pencarian terhadap ada atau tidaknya bakteri sakazakii pada susu formula.
Kesalahkaprahan ini semakin menjadi-jadi ketika dijadikan ajang untuk mencari sensasi. Penelitian ilmiah dibawa ke dalam ranah hukum. Yang lebih menyedihkan, kini persoalan dibawa lagi ke ranah politik. Anggota DPR begitu genit untuk seakan-akan membela kepentingan rakyat, tanpa mencoba memahami duduk perkara penelitian yang sebenarnya dilakukan.
Kalau persoalan ilmiah didekati dengan cara pandang yang tidak ilmiah, maka pasti yang lebih mencuat adalah kontroversi. Kalau peneliti selalu ditakut-takuti oleh cara-cara seperti itu, maka ilmu pengetahuan Indonesia tidak akan pernah berkembang. Sepanjang kita masih bersikap seperti itu, maka ilmu pengetahuan kita akan semakin jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain.
Padahal bangsa lain justru mendorong ilmuwannya untuk melakukan penelitian. Bangsa Korea misalnya sudah berhasil melakukan kloning pada hewan. Dengan dasar ilmu pengetahuan itu, maka bangsa Korea semakin melompat tinggi dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Apakah seorang peneliti bisa salah? Sebagai seorang manusia biasa, pasti peneliti bisa salah. Namun kesalahan yang dilakukan peneliti tidak bisa dikriminalkan. Kalau pun ada pelanggaran berat yang dilakukan, itu harus dinyatakan bersalah terlebih dahulu oleh Komite Etik Peneliti.
Kriminalisasi terhadap peneliti tidak bisa dibiarkan, karena itu akan mempengaruhi kemajuan bangsa ini. Orang akan malas menjadi peneliti, karena akan dihadapkan kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Padahal menjadi seorang peneliti tidak bisa begitu saja, tetapi harus melalui jenjang profesional yang panjang.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) harus turun tangan untuk menyelesaikan kekisruhan yang terjadi sekarang ini. AIPI tidak bisa membiarkan para peneliti kita dijadi-jadikan bulan-bulanan para politisi yang butuh panggung ataupun para petualang yang membutuhkan popularitas. AIPI harus tampil untuk mendudukkan perkara dan sekaligus mengedukasi bangsa ini.
Jangan biarkan persoalan yang berkaitan dengan bakteri pada susu formula menjadi persoalan IPB atau BPOM atau Kementerian Kesehatan semata. Ini harus menjadi persoalan AIPI, karena ini akan mempengaruhi nasib para peneliti Indonesia.
Bangsa ini tidak akan pernah mempunyai orang-orang sekelas Albert Einstein, kalau kondisinya seperti ini. Padahal dari "kegilaan" peneliti seperti itulah akan ditemukan sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi kehidupan bangsa ini. Dari penelitian-penelitian yang jauh berwawasan ke depan akan bisa membawa Indonesia dikenal sebagai negara terkemuka, karena ilmuwan-ilmuwannya mendapat penghargaan Nobel dari hasil ketekunan melakukan penelitian.
Pilihan lain kita akan terus menjadi bangsa paria seperti sekarang ini. Bangsa yang hanya ramai dalam berwacana, namun tidak pandai dalam melakukan karya yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

sumber : http://www.metrotvnews.com

Daftar Susu Aman Bebas Sakazakii

Saat ini semua orang tua yang memiliki anak minum susu formula mencari daftar susu yang aman. Sebenarnya tidak perlu dilakukan karena sebenarnya tidak ada susu bubuk formula yang aman bebas bakteri. Sejauh ini daftar susu yang aman dan bebas berbakteri baik Sakazakii atau bakteri yang lain hanya dua. Pertama ASI (air Susu Ibu) dan kedua adalah susu cair kemasan siap saji bukan susu bubuk. Fenomena susu mengandung bakteri Sakazakii dapat merupakan peringatan Sang Pencipta manusia, bahwa para ibu mulai mengabaikan kehebatan dan keamanan ASI bagi buah hatinya.

Adanya daftar susu bubuk formula yang aman bebas bakteri seperti yang dilaporkan BPOM seharusnya masih diperdebatkan secara ilmiah. Karena, cara pemeriksaannya spesifitas dan sensitifitasnya berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan IPB dan FDA (United States Food and Drug Administration). Faktanya IPB dan FDA telah menemukan bakteri susu sakazaki dengan angka yang sama. Sehingga FDA dan WHO sudah lama merekomendasikan bahwa semua susu bubuk formula tidak steril dan beresiko mengandung bakteri.

Semua Susu Bubuk Formula Tidak Steril

Masalah terpenting dalam kasus ini mungkin bukan merek susu yang tercemar. Permasalahan sebenarnya adalah semua produk susu bubuk komersial memang bukan produk yang steril. Hal ini juga pernah dialami oleh negara maju seperti Kanada, Inggris, Amerika dan negara lainnya. Sebenarnya temuan peneliti IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut, mungkin tidak terlalu mengejutkan. Karena, USFDA (United States Food and Drug Administration) telah melansir sebuah penelitian prevalensi kontaminasi susu di sebuah negara terhadap 141 susu bubuk formula didapatkan 20 (14%) kultur positif E. sakazakii. Sehingga WHO dan USFDA sudah menetapkan bahwa susu bubuk formula komersial memang tidak steril. Jadi bukan hanya produksi lokal saja yang beresiko tetapi produksi luar negeripun resiko terinfeksi bakteri tidak jauh berbeda.

Melihat beberapa fakta ilmiah tersebut tampaknya berbagai pihak harus arif dan bijak dalam menyikapi kekawatiran ini. Pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan dan BPOM harus menyikapi secara profesional dengan melakukan kajian ilmiah mendalam baik secara biologis, epidemiologis, dan pengalaman ilmiah berbasis bukti (evidence base medicine). Berbagai elemen masyarakat seperti YLKI, Komnas Perlindungan Anak dan Ikatan Dokter Indonesia sebelum mengeluarkan opini sebaiknya harus mencari fakta ilmiah dan informasi yang benar tentang masalah ini. Pihak pengadilan dan Mahkamah Agung sebelum mengeluarkan keputusan yang sangat penting ini seharusnya melibatkan saksi ahli yang berkompeten dan kredibel. Keputusan yang salah dalam menyikapi masalah ini akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. Berbagai opini dan sikap yang tidak benar malah dapat mengakibatkan kekawatiran orangtua bertambah.

Bila pemerintah harus mengumumkan susu berbakteri tersebut akan menimbulkan masalah yang lebih besar dan kekisruhan yang lebih hebat lagi. Dampak yang buruk dan berimplikasi yang luas, baik implikasi hukum, etika penelitian, sosial, dan medis. Kalau pemerintah atau Balai POM mengumumkan merek susu tersebut pasti akan membuat pabrik susu yang bersangkutan akan sekejap gulung tikar. Dampaknya lebih luar biasa, ratusan ribu bahkan jutaan manusia yang terkait dengan prduksi susu itu akan lebih sengsara. Belum lagi akan timbul dampak hukum baru bagi peneliti, dan pihak yang akan mengumumkan. Menurut etika penelitian selama bukan hal yang berbahaya atau mengancam nyawa manusia maka tidak boleh diumumkan secara luas obyek yang dijadikan bahan penelitian.

Kalaupun merek tersebut diumumkan juga tidak akan menyelesaikan masalah. Belum tentu merek yang lain nantinya juga aman. Bila penelitian tersebut dilakukan setiap periode sangat mungkin ada lagi susu yang tercemar. Karena pada dasarnya susu bubuk komersial adalah produk susu yang paling gampang tercemar bakteri. Bukan tidak mungkin nantinya banyak produk susu lambat laun pasti tercemar bakteri. Bila hal ini terjadi dalam perjalanan waktu tidak mustahil semua susu akan dilaporkan tercemar.

Benarkah Penelitian BPOM

Pada tahun 2009 BPOM mengambil sebanyak 11 sampel susu formula dan pada 2010 mengambil sebanyak 99 sampel. Tahun 2011, hingga Februari ini, BPOM mengambil sebanyak 18 sampel. Menurut BPOM hasil pengujian terhadap sampel sejumlah produk tersebut menunjukkan tidak ditemukan adanya cemaran Enterobacter sakazakii. Pengumuman BPOM ini juga sekaligus membantah kabar yang sempat beredar bahwa beberapa merek susu mengandung Enterobacter sakazakii. Memang penelitian BPOM tersebut benar, tetapi BPOM mengeluarkan rekomendasi bahwa terdapat beberapa merek susu yang aman dan bebas bakteri mungkin tidak sepenuhnya benar. Karena, penelitian BPOM dengan penelitian IPB sangat berbeda sensitivitas dan spesifitasnya. Kalaupun BPOM melakukan mekanisme pembelaan diri dengan terus mengajukan fakta penelitiannya yang berbeda dengan fakta sesungguhnya mungkin hanya sekedar menutupi fakta yang ada bahwa sebenarnya memang susu berbakteri itu memang ada di dalam susu formula sesuai penelitian IPB dan FDA.

Kalaupun BPOM mengeluarkan beberapa rekomendasi susu yang aman menurut penelitiannya tampaknya harus diperdebatkan secara ilmiah karena pemeriksaan IPB dan BPOM berbeda spesifitas dan sensitifitasnya. Bukan hanya penelitian IPB saja tetapi penelitian FDA menunjukkan hal yang sama bahwa sekitar 13,5%-14% dari semua susu produk merek susu berbakteri Sakazakii. Sehingga WHO dan FDA merekomendasikan memang semua susu bubuk formula tidak steril. Sedangkan orangtua tetap waspada tetapi tidak perlu kawatir berlebihan ternyata temuan IPB dan USFDA susu berbakteri itu tetapi tidak pernah terjadi kasus luar biasa, karena mungkin sebagian besar adalah kuman non pathogen atau yang tidak berbahaya. Sampai saat ini hanya beberapa negara yang melaporkan bahaya susu berbakteri tersebut tetapi sangat amat jarang. Susus berkateri tersebut hanya mengakibatkan bahaya pada bayi prematur sakit, sehingga pada bayi prematur sebaiknya tidak diberikan susu bubuk formula.

Keamanan dan Manfaat ASI

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang sempurna bagi bayi manusia dan berisi segala nutrien yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang selama sekurang-kurangnya enam bulan pertama. Menurut berbagai penelitian ASI diperkaya protein dan nutrisi lainnya mengandung lebih banyak kalori dan memicu pertumbuhan berat badan saat fase pertumbuhan penting. Selain mudah dicerna, ASI membantu melindungi bayi dari masalah seperti infeksi saluran napas, demam, infeksi telinga, infeksi saluran cerna, dan mengurangi risiko alergi. ASI juga berubah supaya sesuai dengan tiap tahap pertumbuhan bayi. Menyusui itu juga mudah suhu susu selalu benar, tidak ‘busuk’ dan cuma-cuma. Manfaat bagi Ibu adalah menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan tambahan yang diperoleh sewaktu hamil, dan membantu rahim kembali ke usuran normal dengan lebih cepat. Menyusui melindungi wanita dari kanker payudara kelak. Menyusui juga dapat mengurangi risiko patah tulang pinggul dan kanker ovari kelak.

ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur. Penelitian menunjukkan beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain

Rekomendasi dari berbagai institusi kesehatan Internasional adalah menganjurkan agar wanita harus memberikan ASI saja kepada bayi selama sekitar enam bulan. Menyusui harus dilengkapi dengan makanan yang sesuai dan disediakan secara bersih, dari usia 6
bulan. juga menganjurkan agar tetap menyusui sampai usia 12 bulan, atau lebih lama lagi. Manfaat yang dapat diperoleh dari menyusui mungkin berkelanjutan selama dua tahun dan selanjutnya.

Kerugian dan Bahaya Susu Formula

Sebenarnya muhjizat keamanan ASI telah diketahui sejak lama tetapi banyak yang mengabaikannya. Sebaliknya ketidakamanan susu bubuk formula sudah lama terjadi bukan hanya karena penelitian IPB saja tetapi penelitian FDA menunjukkan hal yang sama bahwa sekitar 13,5%-!4% dari semua susu produk merek susu berbakteri Sakazakii.

Susu bubuk formula dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E. sakazakii, didapatkan berbagai bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula. E. Sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari family enterobacteriaceae.

Bahaya susu bahkan mengungkap bahwa pemberian susu formula berlebihan pada bayi memicu obesitas saat usia anak. Peningkatan berat badan ini jelas memberi efek lanjutan terhadap risiko kesehatan.

Di sejumlah negara, pembatasan asupan susu formula telah tegas dilaksanakan dengan mengadopsi Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981.

Daftar Susu Aman Bebas Bakteri

Masyarakat tidak perlu sibuk mencari produk susu mana yang tercemar atau mencari daftar merek susu bubuk formula yang aman dan bebas bakteri. Meskipun relatif aman, ternyata semua merek produk susu bubuk komersial memang tidak steril. Melihat ulasan di atas maka daftar susu yang aman dan bebas bakteri adalah ASI dan susu formula cair siap saji. Susu formula cair siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup.

Seharusnya pemerintah mengeluarkan rekomendasi bahwa memang susu komersial bukan produk steril seperti rekomendasi WHO dan USFDA dan beralih kepada ASI. Hal ini lebih beresiko lebih ringan, karena masyarakat akan lebih waspada dalam pencegahannya. Rekomendasi ini juga merupakan hal yang wajar karena di beberapa negara majupun hal ini sering terjadi. BPOM sebaiknya menghentikan pemberitaan tentang beberapa temuannya yang mengatakan bahwa semua produk susu bebas bakteri karena tidak sesuai dengan falta ilmiah yang ada. Bila susu bubuk komersial tetap dianggap aman, masyarakat tidak waspada atau lengah dalam proses penyajiannya. Selanjutnya tetap akan berdampak berbahaya pada anak yang kelompok tertentu yang beresiko terinfeksi. Pada anak yang beresiko seperti bayi prematur dan anak dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh berat direkomendasikan dengan pemberian ASI atau susu bayi formula cair siap saji..

Bila ibu gagal memberi ASI dengan alasan kesehatan atau ASI tidak keluar maka sebaiknya memilih susu cair siap saji atau dengan melakukan penyajian susu bubuk formula dengan baik dan benar. Rekomendasi yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi tersebut adalah cara penyajian susu bubuk formula untuk bayi dengan baik dan benar. Pemanasan air di atas 70 C, bakteri yang ada dalam susu akan mati. Selama hal ini dilakukan para ibu tidak perlu cemas dan kawatir karena meski susu formula tidak bebas bakteri tetapi tetap aman dikonsumsi. Bila memilih susu cair siap saji, orang tua juga harus waspada cara penyimpanannya dan masa kadaluarsanya

Tampaknya fenomena ini adalah peringatan Sang Pencipta Manusia, bahwa para ibu mulai mengabaikan kehebatan dan keamanan ASI bagi buah hatinya. Melihat berbagai manfaat dan kemanan ASI tersebut maka sebaiknya orang tua sudah saatnya kembali ke “Back To Nature”. Bahwa ASI adalah muhjizat Tuhan yang terbaik dan paling aman bagi buah hati manusia. ASI adalah investasi paling berharga bagi anak manusia di kemudian hari. Tetapi sayangnya hal ini masih banyak yang menyangsikannya.

Daftar Susu Formula Mengandung Bakteri Sakazakii

catatan : Menkes BPOM IPB Menolak Susu Formula Diteliti Ulang

Pengumuman Daftar Susu Formula Mengandung Bakteri Sakazakii Menkes BPOM IPB Menolak Dan Susu Formula Akan Diteliti Ulang. Di BBM beredar daftar 59 merek susu formula mengandung bakteri menimbulkan penyakit radang selaput otak hydrocephalus kanker darah. Pada rapat kerja gabungan (rakergab) Komisi IX Rabu (23/2),Menteri Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) tetap tidak mau mengumumkan nama-nama merek susu formula yang tercemar enterobacter sakazakii. Setelah pada rapat dengar pendapat (RDP) sebelumnya Kamis (17/2) ketiga pihak juga tidak mau mengumumkan susu formula yang tercemar tersebut. LihatDaftar Merek Susu Formula Aman BPOM 2011 Tidak Mengandung Bakteri Enterobacter Sakazakii.

Untuk menindaklanjuti hasil dari rakergab tersebut maka DPR akan menggunakan cara lain untuk tetap mendesak pemerintah dan IPB segera mengumumkannya.''Kami akan melakukan langkah-langkah selanjutnya.Masih ada cara lain yang bisa dilakukan seperti pembentukan panitia kerja (panja), panitia khusus (pansus),menggunakan hak interpelasi atau menggungakan hak angket,'' tutur Ketua Komisi IX, Ribka Tjiptaning usai memimpin rakergab di Jakarta.

Ribka mengatakan dari hasil rakergab Rabu (23/2) ini, Komisi IX dari akan melakukan rapat internal. Di dalam rapat internal itu nantinya baru bisa mendapatkan hasil apa cara yang digunakan Komisi IX untuk mendesak pemerintah agar bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dengan mengumumkan nama merek susu formula yang tercemar enterobacter sakazakii.''Jadi kita tunggu rapat besok, Kamis (24/2),'' tutur dia.

Sementara itu Komisi IX juga berencana untuk mengirim surat kepada presiden terkait sikap pemerintah yang tidak mau mengumumkan nama susu formula yang tercemar.''Kami kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak juga mengumumkan nama sufor yang tercemar .Kita akan kumpulkan tanda tangan untuk menyurati presiden,'' kata Ribka. Hanya dibutuhkan sekitar 20 tanda tangan saja.

Sementara itu Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih dalam kesimpulan rakergab menyatakan berkomitmen untuk melakukan penelitian ulang terhadap seluruh sampel susu formula yang ada di pasaran.''Kita akan melakukan uji sampel pada susu formula yang ada di pasaran pada tahun ini,'' tegas dia. Meski ia tidak bisa mengungkapkan kapan tepatnya penelitian itu akan mulai dilakukan.

Selain itu untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, Endang menambahkan bahwa kemenkes akan tetap terus menggencarkan sosialisasi bahwa susu formula yang beredar saat ini aman dan bagaimana cara mengkonsumsi dengan benar agar terhindar dari cemaran bakteri. Serta melakukan sosialisasi agar anak lahir hingga enam bulan diberi air susu ibu (ASI) kecuali dengan kondisi medis tertentu yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan ASI pada bayinya. republika.co.id

Inilah daftar lengkap 59 merek susu formula untuk bayi yang mengandung bakteri menimbulkan penyakit radang selaput otak hydrocephalus kanker darah lupus tyroid dari BlackBerry Messenger(BBM). Katanya info dari Seputar Indonesia RCTI. Tentu saja hal ini perlu dicek ulang apakah berita susu formula berbahaya ini benar atau tidak. Jangan mudah percaya informasi dan lakukan cek ulang.

1. Frisian Flag Susu Bubuk Full Cream
2. Kompleta Susu Kental Manis
3. Calcimex Susu Rendah Lemak
4. Dutch Lady Susu Cair
5. Susu Bendera 123 Susu Pertumbuhan
6. Susu Bendera Yes! Susu Cair
7. Susu Bendera SKM Susu Kental Manis
8. Enaak Susu Kental Manis
9. Indomilk Susu Kental Manis
10. Indomilk Susu Pasteurisasi
11. Indomilk Susu Evaporasi
12. Kremer Krim Kental Manis
13. Tiga Sapi Krim Kental Manis
14. Tiga Sapi Susu Bubuk
15. Sustagen Susu Bubuk
16. Enfapro Susu Formula Lanjutan
17. Enfragrow Susu Pertumbuhan
18. Enfamil Susu Bayi
19. Bebelac 1 Susu Bayi
20. Bebelac 2 Susu Formula Lanjutan
21. Delilac Susu Pertumbuhan
22. Tropicana Slim Susu Bubuk
23. Nutrifood Susu Bubuk Instan
24. Nutrifood WRP Susu
25. Promina Susu Bubuk
26. Sun Susu Bubuk
27. SMA Susu Bayi
28. S-26 Susu Bayi
29. Promil Susu Formula Lanjutan
30. Procal Susu Pertumbuhan
31. Enercal Susu
32. Nursoy Susu Formula Khusus
33. Bear Brand Susu Steril Cair
34. Cap Nona Susu Kental Manis
35. Cap Nona Susu Evaporasi
36. Carnation Susu Bubuk
37. Carnation Susu Evaporasi Cair
38. Dancow Susu Bubuk
39. Dancow Susu Beraroma
40. Dancow Balita Susu Pertumbuhan
41. Lactogen 1 Susu Bayi
42. Lactogen 2 Susu Formula Lanjutan
43. Milkmaid Susu
44. Anlene Susu Bubuk
45. Nan Susu Bayi
46. Anchor Susu Bubuk Full Cream
47. Birch Tree Susu Beraroma
48. Dumes Mames Susu Bayi
49. FMC Powder Susu Bubuk Full Cream
50. Indokilin Susu Bubuk Full Cream
51. Kilimas Susu Beraroma
52. LLM Susu Formula Khusus
53. Milco Susu Beraroma
54. Nini Susu Bayi
55. Sari Husada Susu Bubuk Full Cream
56. SGM Susu Bayi
57. Vitalac Susu Bayi
58. Ultramilk Susu UHT.
59. GainPlus.

sumber : http://besteasyseo.blogspot.com

Pengumuman Susu Formula Berbakteri Sakazakii

Mahkamah Agung (MA) akhirnya memutuskan kepada beberapa pihak terkait untuk mengumumkan susu yang ditemukan bakteri Enterobacter sakazakii (E Sakazakii). Meski beberapa laporan kasus bakteri Sakazakii berbahaya, tetapi sebenarnya sangat amat jarang dan tidak seberbahaya yang dibayangkan banyak orang. Bahkan di seluruh dunia sejauh ini belum pernah ada dilaporkan bayi sehat terkena infeksi ini, yang mudah terkena hanya bayi dengan tahan tubuh lemah seperti bayi prematur. MA memerintahkan pihak terkait segera mengumumkan ke publik karena jika tidak maka akan mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat. Tampaknya justru pengumuman susu berbakteri tersebut hanya menimbulkan keresahan masyarakat dan masalah baru yang jauh lebih hebat dampak sosialnya dibandingkan bahaya susu berbakteri yang sangat amat jarang. Meski saat ini banyak isu beredar tentang daftar nama susu berbakteri, sampai sekarang belum ada pengumuman resmi dari Menkes, BPOM dan IPB yang menyebutkan daftar nama susu

Tampaknya gugatan dan keputusan MA harus dicermati lebih bijak secara imiah dengan memperhitungkan dampak sosial yang ditimbulkan. Karena sebenarnya menurut WHO (World Health Organization) dan USFDA (United States Food and Drug Administration) dari dulu hingga sekarang semua merek susu formula apapun banyak beresiko terdapat bakteri. Gugatan Pengacara David Tobing dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA) terkait susu formula mendesak Menteri Kesehatan (Menkes), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengumumkan nama-nama produsen susu formula yang mengandung enterobacter sakazakii. David mendaftarkan gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap IPB, BPOM dan Menteri Kesehatan RI saat itu Siti Fadilah Supari pada 17 Maret 2008 ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Inti gugatannya, keresahan David terhadap hasil penelitian yang dipublikasikan IPB.

Penemuan Bakteri

Penemuan para peneliti IPB pada tahun 2008 mengenai adanya E. sakazakii dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup menghebohkan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut. Seharusnya temuan peneliti IPB mungkin tidak terlalu mengejutkan. Karena, USFDA telah melansir sebuah penelitian prevalensi kontaminasi susu di sebuah negara terhadap 141 susu bubuk formula didapatkan 20 (14%) kultur positif E. sakazakii. Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara sebenarnya WHO, USFDA dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh pihak lain termasuk BPOM yang menyebutkan bahwa susu bubuk komersial aman, karena semata berbeda dalam sensitifitas dan spesifitas alat dan metoda identifikasinya.

Sebenarnya penggugat kasus ini David Tobing atau masyarakat tidak perlu sibuk mencari produk susu mana yang tercemar. Meskipun relatif aman, ternyata semua produk susu bubuk komersial memang tidak steril. Artinya semua susu merek apapun beresiko tercemar bakteri apapun baik Sakazaki atau bakteri lainnya. Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa Negara tersebut sebenarnya WHO, USFDA dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sehingga di bagian perawatan bayi NICU, USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur yang rentan terjadi infeksi. Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banyak dan relatif mahal harganya.

Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh susu formula bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau bahan yang terkandung di dalamnya. Manusia dapat mengalami gejala keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E. sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan berbagai jenis salmonella lainnya.

Tidak seberbahaya yang dibayangkan

Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E. sakazakii, didapatkan berbagai bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula. E. sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari family enterobacteriaceae. Beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taksonomi dengan menggunakan cara lebih canggih didapatkan klasifikasi alternatif dengan temuan genus baru yaitu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies.

Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogenitas bakteri berbahaya ini. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strains kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan sebagian besar strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Meskipun berbahaya ternyata kejadian infeksi bakteri ini sangat jarang. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9.4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1.5>

Bila diperhitungkan sebenarnya dari 14% susu yang berbakteri itu hanya terjadi 1 per 100.000. Hal bisa terjadi hanya karena yang bakteri yang paling banyak adalah bakteri non-patogen atau bakteri yang tidak berbahaya. Bakteri yang tidak berbahaya itu biasanya dapat ditangkal oleh mekanisme pertahanan tubuh bayi atau anak. Tetapi pada bayi dengan pertahanan tubuh sangat buruk beresiko dampak yang fatal khususnya bayi prematur yang sakit. Tetapi sebenarnya hal inipun akan terjadi hal yang fatal pada bayi prematur bila terkontaminasi bakteri yang ada di tangan manusia. Ternyata bila dilakukan pemeriksaan kultur kuman sekitar 10-15% tangan manusia mengandung bakteri. Itulah sebabnya di ruang perawatan bayi prematur sakit di NICU dapat berakibat fatal. Tetapi bakteri yang ada ditangan para ibu itu jarang mengganggu bayi sehat karena mekanisme tubuhnya dapat menangkal. Beberapa hal itulah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demikian banyak susu terkontaminasi tetapi belum ada laporan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut. Bayangkan peneliti IPB mendapatkan 14%, sedangkan USFDA 13,5 produk susu mengandung bakteri E. sakazakii. Tapi, faktanya tidak ada satupun anak yang Indonesia dilaporkan tercemar bakteri itu. Infeksi bakteri ini sangat jarang dan relatif tidak mengganggu untuk anak sehat. Tetapi pada kelompok anak tertentu dengan gangguan kekebalan tubuh tetap dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa. Gangguan tersebut di antaranya adalah infeksi saluran kencing, neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), sepsis (infeksi berat) dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna).

Perlukah diumumkan ?

Pola pikir dalam memandang permasalahan ini tampaknya sedikit bergeser dan tidak fokus dalam esensi yang terpenting. Masalah terpenting dalam kasus ini mungkin bukan merek susu yang tercemar. Permasalahan sebenarnya adalah semua produk susu bubuk komersial merek apapun memang bukan produk yang steril. Hal ini juga pernah dialami oleh negara maju seperti Kanada, Inggris, Amerika dan negara lainnya. WHO dan USFDA sudah menetapkan bahwa susu bubuk formula komersial memang tidak steril. Jadi bukan hanya produksi lokal saja yang beresiko tetapi produksi luar negeripun resiko terinfeksi bakteri tidak jauh berbeda.

Melihat beberapa fakta ilmiah tersebut tampaknya berbagai pihak harus arif dan bijak dalam menyikapi kekawatiran ini. Pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan dan BPOM harus menyikapi secara profesional dengan melakukan kajian ilmiah mendalam baik secara biologis, epidemiologis, dan pengalaman ilmiah berbasis bukti (evidence base medicine). Berbagai elemen masyarakat seperti YLKI, Komnas Perlindungan Anak dan Ikatan Dokter Indonesia sebelum mengeluarkan opini sebaiknya harus mencari fakta dan informasi yang benar tentang masalah ini berdasarkan fakta ilmiah. Pihak pengadilan atau Mahkamah Agung seharusnya sebelum mengeluarkan keputusan yang sangat penting ini seharusnya melibatkan saksi ahli yang berkompeten dan kredibel. Keputusan yang salah dalam menyikapi masalah ini akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. MA memerintahkan pihak terkait segera mengumumkan ke publik karena jika tidak maka akan mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat. Bila pemerintah harus mengumumkan susu berbakteri tersebut akan menimbulkan masalah yang jauh lebih besar dari pada dampak minimal susu berbakteri itu. Bayangkan bila susu formula berbakteri itu diumumkan maka semua orang tua yang mengkonsumsi itu akan sangat panik. Bahkan semua anak yang pernah mengkonsumsi susu tersebut maka orang tuanya akan panik dan cemas seumur hidup, bahkan bila ada sakit sedikit saja sudah menyalahkan susu yang dikonsumsinya dulu. Dan hal itu sudah terjadi, setipa kasus ini timbul di masyarakat selalu saja timbul gugatan bahwa anaknya sakit atau meninggal akibat susu formula. Sampai sekarang semua gugatan tersebut tidak ada yang terbukti satupun yang disebabkan karena bakteri E Saklazakii. Padahal fakta semua merek susu apapun sampai kapanpun tidak akan bebas bakteri. Dan lagi kalaupun tidak diumumkan selama ini tidak ada dampak yang terjadi, dan ini juga sesuai dengan fakta ilmiah. Dampak yang buruk dan berimplikasi yang luas, baik implikasi hukum, etika penelitian, sosial, dan medis. Kalau pemerintah atau Balai POM mengumumkan merek susu tersebut pasti akan membuat pabrik susu yang bersangkutan akan sekejap gulung tikar. Dampaknya lebih luar biasa, ratusan ribu bahkan jutaan manusia yang terkait dengan prduksi susu itu akan lebih sengsara. Belum lagi akan timbul dampak hukum baru bagi peneliti, dan pihak yang akan mengumumkan. Menurut etika penelitian selama bukan hal yang berbahaya atau mengancam nyawa manusia maka tidak boleh diumumkan secara luas obyek yang dijadikan bahan penelitian. Dalam kasus ini MA menganggap bahwa masalah susu berbakteri itu berdampak luas dan berbahaya bagi anak Indonesia. Ternyata fakta itu tidak sesuai dengan fakta ilmiah yang ada. Kalaupun merek tersebut diumumkan juga tidak akan menyelesaikan masalah. Belum tentu merek yang lain nantinya juga aman. Bila penelitian tersebut dilakukan setiap periode sangat mungkin ada lagi susu yang tercemar. Karena pada dasarnya susu bubuk komersial adalah produk susu yang paling gampang tercemar bakteri. Bukan tidak mungkin nantinya banyak produk susu lambat laun pasti tercemar bakteri. Bila hal ini terjadi dalam perjalanan waktu tidak mustahil semua susu akan dilaporkan tercemar.

Seharusnya pemerintah mengeluarkan rekomendasi bahwa memang susu komersial bukan produk steril seperti rekomendasi WHO dan USFDA. Hal ini lebih beresiko lebih ringan, karena masyarakat akan lebih waspada dalam pencegahannya. Rekomendasi ini juga merupakan hal yang wajar karena di beberapa negara majupun hal ini sering terjadi. Sebaliknya bila susu bubuk komersial tetap dianggap aman, masyarakat tidak waspada atau lengah dalam proses penyajiannya. Selanjutnya tetap akan berdampak berbahaya pada anak yang kelompok tertentu yang beresiko terinfeksi. Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi tersebut adalah cara penyajian susu bubuk formula untuk bayi dengan baik dan benar. Pemanasan air di atas 70 oC, bakteri yang ada dalam susu akan mati. Sedangkan pada anak yang beresiko seperti bayi prematur dan anak dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh berat direkomendasikan dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji. Susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Ini mungkin merupakan suatu contoh kasus yang menunjukkan bahwa tidak semua penelitian ilmiah harus diungkapkan secara vulgar tanpa memberi penjelasan yang lebih lengkap tentang kesimpuan yang ada dalam penelitian. Bila data penelitian tersebut diinterprestasikan berbeda dan digunakan untuk kepentingan tertentu yang berbeda maka akan merugikan masyarakat sendiri. Hal ini terjadi karena latar belakang pengetahuan dan pendidikan masyarakat yang berbeda sehingga seringkali salah menginterpretasikan dalam sebuah kesimpulan penelitian. Sebenarnya masyarakat tidak perlu kawatir bila memang penelitian tersebut membahayakan bagi masyarakat maka pasti akan dibuha dan harus dibuka secara umum. Mungkin jalan tengahnya pemerintah dalam hal ini Depkes tidak perlu mengumumkan merek susunya tetapi mengumumkan bahwa pada dasarnya semua susu merek apapun toidak steril dan beresiko tercemar bakteri termasuk bakteri E Sakazakii. Tetapi masyarakat tidak usah cemas bakteri tersebut tisak berbahaya dan akan mati dalam air panas bersuhu 70 derajat Celsius. Tetapi bagi bayi prematur sebaiknya direkomendasikanm tidak menggunakan susu bubuk formula merek apapun, lebih aman susu cair instan.

Artikel Terkait :

13 Resiko Serius bagi Pengguna Ponsel

http://static.inilah.com/data/berita/foto/51549.jpg
Tidak bisa dipungkiri bahwa telepon seluler (ponsel) telah banyak menghadirkan berbagai kemudahan dalam hidup manusia. Meski banyak diperdebatkan, banyak kalangan khawatir akan dampak negatif dari radiasi yang ditimbulkan.
Penelitian terbesar yang pernah dilakukan tentang bahaya ponsel telah membantah adanya risiko kanker otak pada penggguna ponsel. Penelitian yang dilakukan sendiri oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) tersebut menunjukkan risikonya tidak terlalu besar untuk dikhawatirkan.

Namun penelitian terbaru di India kembali menegaskan adanya ancaman kanker terutama pada anak dan remaja. Sang peneliti, Prof Girish Kumar bahkan mengatakan bahaya radiasi juga terdapat di sekitar menara Base Transceiver Station (BTS).
"Satu BTS bisa memancarkan daya 50-100W. Negara yang punya banyak operator seluler seperti India bisa terpapar daya hingga 200-400W. Radiasinya tak bisa dianggap remeh, bisa sangat mematikan," ungkap Prof Kumar.

Dikutip dari DNAindia, berikut ini sejumlah dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel dan menara BTS:

1. Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel.
2. Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).
3. Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.
4. Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.
5. Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
6. Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan.
7. Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.
8. Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran.
9. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.
10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.
12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.
13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.
source : http://terselubung.blogspot.com